Senin, 28 Maret 2016

Teori Kepribadian Sehat

Nadira Raycha
2pa07
17514749
Kesehatan mental


Apakah yang dimaksud dengan kepribadian yang sehat?bagaimana sifat-sifat orang yang memiliki kepribadian yang sehat?dan apakah anda adalah pribadi yang sehat?
Mungkin ini adalah pertanyaan yang sangat menarik untuk dibahas dalam suatu pandangan yang mewakili pertanyaan dari banyak orang.
Kepribadian adalah kata yang begitu umum dipakai di dunia Psikologi, kepribadian seseorang bisa dinilai dari kemampuannya memperoleh reaksi-reaksi dari berbagai orang dalam berbagai keadaan. Untuk definisi kepribadian hampir bisa dikatakan tidak ada suatu kesepakatan definisi dari keseluruhan pandangan yang pernah dilontarkan. Menurut allport (1937) ia menemukan bahwa ada hampir 50 definisi berbeda yang digolongkannya kedalam sejumlah kategori. Allport sendiri memandang “kepribadian merupakan apa orang itu sesungguhnya”.
Sehat merupakan bagian dari harta manusia yang tak ternilai harganya. Sehat merupakan anugerah dari Sang Maha Pencipta untuk makhluk hidup melakukan perbuatan mulia sehingga sehat dapat di pandang indah untuk selalu disandang oleh individu yang sadar akan hal tersebut.

A. ALIRAN PSIKOANALISA
            Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Sigmund Freud sendiri dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis” Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama “psikologi analitis” (en: Analitycal psychology) dan “psikologi individual” (en: Individual psychology) bagi ajaran masing-masing. Psikoanalisis memiliki tiga penerapan: suatu metoda penelitian dari pikiran; suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia; dan suatu metoda perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.
           Dalam cakupan yang luas dari psikoanalisis ada setidaknya 20 orientasi teoretis yang mendasari teori tentang pemahaman aktivitas mental manusia dan perkembangan manusia. Berbagai pendekatan dalam perlakuan yang disebut “psikoanalitis” berbeda-beda sebagaimana berbagai teori yang juga beragam. Psikoanalisis Freudian, baik teori maupun terapi berdasarkan ide-ide Freud telah menjadi basis bagi terapi-terapi moderen dan menjadi salah satu aliran terbesar dalam psikologi. Sebagai tambahan, istilah psikoanalisis juga merujuk pada metoda penelitian terhadap perkembangan anak.


B. Aliran Behavioristik
Behaviorisme juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Teori Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958).
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
1.    Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2.    Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3.    Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
Menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut watson yang sangat besar masukannya untuk perkembangan behaviorisme adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap manusia yang meberikan respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia di anggap tidak memiliki sikap diri sendiri.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Kepribadian yang sehat menurut behavioristik:
1.    Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2.    Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3.    Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.    Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif


C  Kepribadian Sehat Humanistik
Humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan  besar psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers. Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif. Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat. Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.


1.    Pendapat

a.    Allport
Menurut Allport, salah satu yang paling memotivasi manusia adalah kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya.[ Kecenderungan ini disebut Allport dengan pemfungsian oportunistikPemfungsian oportunistik bersifat reaktifberorientasi masa lalu, dan biologis. Sekalipun demikian, Allport menganggap pemfungsian oportunistik ini tidak terlalu penting dalam memahami perilaku manusia, justru kebanyakan perilaku manusia dimotivasi oleh sesuatu yang lain, sesuatu yang berfungsi dalam rangka ekspresi diri, yang oleh Allport disebut ''pemfungsian Propriate''. Maksudnya adalah apapun yang dilakukan seseorang dalam hidup biasanya adalah demi menunjukkan siapa dirinya. Pemfungsian diri ini bersifat proaktif, berorientasi masa depan, dan psikologis. Kata propriate berasal dari kata proprium yang berarti konsep diri.[1] Maksud dari Allport dengan memberi tekanan lebih kepada propriumialah untuk mendefinisikan konsep diri sehati-hati mungkin.
Dalam melihat konsep diri tersebut, Allport memakai dua pendekatan yakni fenomenologi dan fungsional. Secara fenomenologis artinya diri sebagaimana yang dialami sehari-hari yakni yang terdiri dari berbagai aspek yang essensial (lawan dari aspek yang insidental dan aksidental), hangat (lawan dari diri yang dingin dan kabur), dan sentral (lawan dari diri sampingan).
Sementara itu, definisi fungsional mencakup hal-hal ysng muncul dalam perkembangan seseorang dalam usia-usia tertentu, yakni:
1.   indra jasmani (berkembang di usia 0-2 tahun)
2.   identitas diri (berkembang di usia 0-2 tahun)
3.   harga diri (berkembang di usia 2-4 tahun)
4.   perluasan diri (berkembang di usia 4-6 tahun)
5.   citra diri (berkembang di usia 4-6 tahun)
6.   peniruan rasional ((berkembang di usia 6-12 tahun)
7.   dorongan untuk mengejawantahkan diri (muncul ketika seseorang berusia 12 tahun ke atas)
Menurut Allport, jika seseorang memiliki proprium yang berkembang dengan baik dan memiliki disposisi yang adaptif (keunikan individu dengan individu lainnya), berarti ia telah mencapai tahap kedewasaan psikologis (orang yang kesehatan mentalnya terjaga). Tujuh tanda seseorang yang memiliki kedewasaan psikologis:
1.   memiliki perluasan diri yang jelas dan spesifik
2.   memiliki teknik dan cara-cara tertentu agar pergaulannya dengan orang lain dapat lancar dan baik (misalnya kepercayaanempatikejujurantoleransi)
3.   memiliki kestabilan emosional dan menerima diri sendiri
4.   memiliki pendapat yang realistis
5.   memfokuskan perhatian pada masalah dan mengembangkan kemampuan untuk memecahkannya
6.   mampu meliht diri sendiri secara objektif yaitu menilai perilaku sendiri dan mampu "menertawakan diri sendiri"
7.   memiliki filsafat hidup yang utuh, termasuk orientasi nilai yang partikular, sentimen keagamaan yang terdifferensiasi, dan kesadaran yang terpersonlisasi

b.    Rogers
Perkembangan kepribadian atau “self” Menurut Rogers, pribadi yang sehat muncul dari aktualisasi diri seseorang dalam kehidupannya. Pengalaman - pengalaman yang telah terjadi memotivasi diri untuk menjadi pribadi yang lebih sehat dari sebelumnya. Perkembangan aktualisasis diri berubah sejalan dengan semakin bertambahnya umur sebagai akibat dari perkembangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya.
Peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individu Kebutuhan tersebut disebut “need for positive regard” Kebutuhan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
           a. conditional positive regard (bersyarat),
           b. unconditional positive regard (tak bersyarat)
Contohnya, seorang atlet cilik yang ingin selalu diperhatikan oleh orangtunya dan pelatihnya dan selalu ingin dipuji akan prestasinya yang selama ini ia gapai. 3. Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya Pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami pengharagaan positif tak bersyarat. Karena ini penting, dihargai, diterima, disayangi, dicintai sebagai seseorang yang berarti tentu akan menerima dengan penuh kepercayaan.

c.    Maslow
Abraham Maslow mengatakan bahwa kepribadian yang sehat adalah Individu yang dapat mengaktualisasikan dirinya. Individu yang sehat adalah individu yang dapat mengaktualisasikan diri dengan baik dan imbang, yang artinya mengaktualisasikan diri secara optimal. Mereka dapat kebutuhan untuk memenuhi potensi-potensi yang mereka miliki dan mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka. Syarat untuk dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya adalah memenuhi hierarki kebutuhan yang dibawah:
1.     Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
2.     Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
3.     Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.
4.     Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
5.     Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.

d.    Fromm
Fromm memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang demikian mencintai seutuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara obejektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan dengan dan berakar di dunia, subjek atau pelaku dari diri dan takdir, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang. Fromm menyebutkan kepribadian yang sehat: orientasi produktif  , yakni suatu konsep yang serupa dengan kepribadian yang matang dari Allport, dan orang yang mengaktualisasikan diri dari Maslow. Konsep itu menggambarkan penggunaan yang sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia. Dengan menggunakan kata “orientasi” , Fromm menunjukan kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intelektual, emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri sendiri. Empat segi tambahan dalam kepribadian yang sehat dapat membantu menjelaskan apa yang dimaksudkan Fromm dengan orientasi produktif. Keempat segi tambahan itu adalah cinta yang produktif, pikiran yang produktif, kebahagian dan suara hati. Cinta yang produktif adalah suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana rekan-rekan dapat mempertahankan individualitas mereka. Tercapainya cinta yang produktif merupakan salah satu dalam prestasi-prestasi kehidupan yang lebih sulit. Kita tidak “jatuh” dalam cinta; kita harus berusaha sekuat tenaga karena cinta yang produktif menyangkut empat sifat yang menantang – perhatian, tanggung jawab, respek, dan pengetahuan. Pikiran yang produktif  meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir yang produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya. Kebahagian adalah suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif; kebahagian itu menyertai seluruh kegiatan produktif. Fromm menuliskan bahwa suatu perasaan kebahagian merupakan bukti bagaimana berhasilnya seseorang “dalam seni kehidupan”. Kebahagian merupakan prestasi kehidupan yang paling luhur.  Suara hati memiliki dua tipe, yakni suara hati otoriter dan suara hati humanisti. Suara hati otoriter adalah penguasa yang berasal dari luar yang di internalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang itu. Sedangkan suara hati humanistis ialah suara dari dalam diri dan bukan juga dari suatu perantara dari luar diri. Pendoman kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat internak dan individual. Orang bertingkah laku sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya dan menyikapi seluruh kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan seluruh persetujuan dan kebahagian dari dalam. Kesehatan jiwa dalam pandangan Fromm di tetapkan oleh masyarakat, karena kodrat struktur sosial membantu atau menghalangi kesehatan psikologis. Apabila masyarakat-masyarakat yang sakit, maka satu-satunya cara untuk mencapai orientasi produktif ialah dengan hidup dalam suatu masyarakat yang waras dan sehat, yaitu masyarakat yang memajukan produktivitas.
Menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat.
2.    Mampu mencintai dan dicintai.
3.    Mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
4.    Mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat.
5.    Mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya.
6.    Memiliki watak sosial yang produktif.



Daftar Pustaka
Suryabrata Sumadi, Psikologi Kepribadian. PT Raja Grafindo, Jakarta, 2005
Riyanti, Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Seri diktat kuliah psikologi umum 2. Depok: Universitas Gunadarma.
Schultz Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Senin, 14 Maret 2016

fenomena kesehatan mental (normal-abnormal)

Pendahulu

 Psikologi abnormal bersangkut-paut dengan tingkah laku abnormal. Pada hakekatnya, konsep tentang normalitas dan abnormalitas itu sangat samara-samar batasnya. Sebab, kebiasaan-kebiasaan dan sikap hidup yang dirasakan sebagai normal oleh sesuatu kelompok masyarakat, dapat dianggap sebagai abnormal  oleh kelompok kebudayaan lainnya. Pribadi yang normal itu secara relatif dekat sekali dengan integrasi jasmaniah dan rohaniah yang ideal. Kehidupan psiskisnya kurang lebih stabil sifatnya, tidak banyak memendam konflik-konflik batin, tenaga dan jasmaniahnya sehat selalu. Pribadi yang abnormal mempunyai atribut secara relatif mereka itu jauh daripada status integrasi.Ada tintgkat atribut “ inferior ” dan “ superior ”. Kompleks-komples inferior ini misalnya terdapat pada penderita psikopat, neuron dan psikosa. Dan kompleks-kompleks superior itu terdapat pada kelompok kaum Idiot savant (kaum ilmuwan/cerdik pandai yang bersifat idiot) yang memiliki quotient intelegensi (I.Q.) yang tinggi, misalnya dibidang seni, musik, metematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lain. Pribadi yang abnormal pada umumnya dihinggapi gangguan mental atau ada kelainan-kelainan/abnormalitas pada mentalnya. Orang-orang abnormal ini selalu diliputi banyak konflik-konflik batin, miskin jiwanya dan tidak stabil, tanpa perhatian pada lingkungannya, terpisah hidupnya dari msyarakat, selalu gelisah dan takut dan jasmaninya sering sakit-sakitan.


Teori

Normal adalah keadaan sehat (tidak patologis) dalam hal fungsi keseluruhan. Sedangkan Abnormal adalah menyimpang dari yang normal (tidak biasa terjadi).(Maramis, 1999). Perilaku Normal adalah perilaku yang adekuat (serasi dan tepat) yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya. Sedangkan Perilaku Pribadi Abnormal adalah sikap hidup yang sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat seseorang berada sehingga tercapai suatu relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan. (Kartini Kartono, 1989). Perilaku Abnormal adalah suatu perilaku yang berbeda, tidak mengikuti peraturan yang berlaku, tidak pantas, mengganggu dan tidak dapat dimengerti melalui kriteria yang biasa.
Normal dan abnormal perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek dan pendekatan.

 Profesor Suprapti Sumarno (1976), ada dua pendekatan dalam membuat pedoman tentang normalitas:
1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan melihat pada sering atau tidaknya sesuatu terjadi dan acapkali berdasarkan perhitungan maupun pikiran awam.
Misal, perilaku makan sepuluh kali dalam sehari.

2. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terikat pada faktor sosial kultural setempat.
Misal, perilaku menangis berlebihan hingga menjerit-jerit pada mereka yang sedang mengalami kehilangan seseorang di suatu lingkungan budaya.

Jadi, batas antara normal dengan abnormal bukan dilihat sebagai dua kutub yang berlawanan, melainkan lebih berada dalam satu kontinum sehingga garis yang membedakan sangatlah tipis.
Kriteria Pribadi Normal (Gunarsa & Gunarsa, 1989 mengutip A.H. Maslow: Mittleman):
1.    Perasaan aman yang adekuat.
2.    Memiliki penilaian diri dan wawasan yang rasional
3.    Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang adekuat
4.    Mempunyai kontak realitas yang efisien
5.    Memiliki dorongan dan nafsu jasmani yang sehat serta kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya
6.    Mempunyai pengetahuan diri yang adekuat
7.    Mempunyai tujuan hidup yang adekuat
8.    Mampu belajar dari pengalaman hidupnya
9.    Sanggup untuk memuaskan tuntutan dan kebutuhan kelompok
10.  Emansipasi yang pantas dan sehat dari kelompok maupun kebutuhan
11.  Memiliki integrasi dan konsistensi kepribadian

Kriteria Pribadi Abnormal
1. Kelangkaan Statistik (Statistical Infrequency)
tingkah laku abnormal diasumsikan dalam "populasi kurva normal" yang menempatkan mayoritas individu berada di tengah dan sangat sedikit yang berada pada posisi ekstrim. Jadi dengan kata lain, seseorang dapat dianggap normal bila orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata-rata perilaku.

2. Pelanggaran Norma
tingkah laku yang menyimpang dari norma sosial dan mengancam atau membuat cemas orang yang mengamatinya.
Misal, Kekerasan psikopat, perilaku liar manik, perilaku aneh skizofrenia.

3. Penderitaan Pribadi (Discomfort atau Personal Distress)
Suatu perilaku dimana individu secara personal merasa berada dalam situasi penuh tekanan baik stres dari lingkungan maupun kondisi dari dalam dirinya.
Misal, depresi, cemas berat karena takut rasa sakit.

4. Disabilitas atau Disfungsi (Maladaptif Behaviour)
Ketidakmampuan individu dalam beberapa bidang penting dalam hidup, baik hubungan kerja atau pribadi.
Misal, seseorang yang takut terbang melewatkan kesempatan bekerja di luar negeri.

5. Tidak Diharapkan (Unexpectedness)
Suatu respon dari perilaku yang tidak diharapkan terhadap stresor lingkungan karena sudah diluar proporsi.
Misal, kecemasan yang sangat dan terus menerus terhadap hartanya, walaupun seseorang tergolong kaya.

Analisis

Ratna berusia 10 tahun seringkali mengeluhkan akhir-akhir ini melihat seorang anak perempuan kecil yg mengikutinya ke mana saja ia pergi. Ratna bahkan seringkali terlihat sedang bercakap-cakap dgn anak kecil tsb. Anak kecil itu seringkali memberitahu Ratna akan situasi2 bahaya yg akan dihadapi di depannya. Orangtua Ratna merasa takut dgn perilaku anaknya tsb. Orangtua Ratna sangat berharap perilaku anaknya akan berubah. Keluarga pernah membawa Ratna ke seorang Kyai dan beliau mengatakan bahwa Ratna memang memiliki kemampuan ‘indera keenam’ sehingga dapat melakukan interaksi dgn makhluk gaib.


Analisa : 
Secara awam kita pasti berpendapat bahwa Ratna ini memiliki perilaku abnormal. Hal ini kita lihat dari masalah yang di alami oleh Ratna, dimana di selalu merasa di ikuti oleh anak kecil kemana saja dia pergi. Dia bisa berbicara sendiri tanpa ada lawan bicaranya yang secara kasat mata tidak bisa dilihat oleh orang disekitarnya.

Namun bagaimana sebenarnya yang terjadi dengan Ratna ??? Apakah perilakunya normal atau abnormal ???
Mari kita gunakan pendekatan-pendekatan berikut ini dalam menganalisanya. 

a. Pendekatan Statistik
Pendekatan ini beranggapan bahwa orang yang sehat secara mental/normal adalah orang yang melakukan tingkah laku yang umumnya dilakukan oleh banyak orang lainnya. Atau dengan kata lain, suatu tingkah laku disebut sehat bila tingkah laku tersebut memiliki frekuensi kemunculan yang tinggi dalam populasi. Sebaliknya, orang yang bertingkah laku tidak seperti tingkah laku kebanyakan orang dianggap sebagai orang yang tidak normal atau tidak sehat.
Menurut pendekatan ini bisa kita simpulkan bahwa Ratna memiliki perilaku abnormal, karena tingkah laku yang dia lakukan tidak lazim dilakukan oleh kebanyakan orang.

b. Pendekatan Normatif
Pendekatan ini melihat orang secara sehat mental apakah tingkah laku orang tersebut menyimpang dari norma sosial yang berlaku dimasyarakat ataukah tidak. Tolak ukur yang dipakai dalam pendekatan ini adalah norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
Menurut masyarakat umum, perilaku yang ditampilkan oleh Ratna di luar batas logika manusia. Norma yang berlaku dimasyarakat selalu memandang sesuatu berdasarkan sikap kepantasan dan kewajaran.

c. Pendekatan Distress SubjektifPendekatan ini beranggapan orang dianggap normal atau sehat bila dia merasa sehat atau tidak ada persoalan dan tekanan yang menggangunya.
Kelemahan pendekatan ini adalah karena menekankan pada subjektifitas individu mengakibatkan tidak ada ukuran yang pasti sehingga semuanya menjadi serba relatif. Tergantung situasi yang dihadapi.
Menurut pendekatan ini, perilaku yang ditampilkan bisa saja dianggap normal. Ketika dia berada dalam lingkungan yang mengerti akan hal ghaib, orang tersebut bisa mengatakan bahwa Ratna normal, karena dia memiliki kelebihan yang jarang dimiliki oleh orang lain, yaitu indera ke enam.

d. Pendekatan Fungsi/Peranan Sosial
Pendekatan ini melihat normal atau sehat tidaknya seseorang berdasarkan mampu atau tidaknya orang tersebut menjalankan kegiatan hariannya. Orang dianggap sehat atau normal bila dia mampu menjalankan fungsi dan peranannya dalam masyarakat dan tidak mengalami gangguan dalam menjalankan tugas-tugas hariannya.
Bisa dikatakan bahwa Ratna terganggu dengan "kelebihan" yang dia punya dalam menjalani hari-harinya. Orang-orang terdekatnya juga terganggu dengan perilaku "aneh" yang ditampilkan Ratna.

e. Pendekatan Interpersonal
Pendekatan ini melihat normal atau sehat tidaknya seseorang atau apakah orang tersebut mampu menyesuaikan diri dilihat berdasarkan kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan yang interpersonal dengan orang lain.
Ratna memiliki dunianya sendiri yang membuat dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Dari uraian diatas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa secara garis besar dengan menggunakan beberapa pendekatan, Ratna tergolong dalam perilaku abnormal. Abnormal disini bisa dikatakan karena dia mempunyai "dunia sendiri" dan perilaku yang ditampilkannya juga berbeda dari kebanyakan orang.


Daftar Pusaka
http://elfagustiarapratama.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-normal-dan-abnormal.html
http://rendra-afandi.blogspot.co.id/2012/02/contoh-kasus-dan-analisa.html