Senin, 14 Maret 2016

fenomena kesehatan mental (normal-abnormal)

Pendahulu

 Psikologi abnormal bersangkut-paut dengan tingkah laku abnormal. Pada hakekatnya, konsep tentang normalitas dan abnormalitas itu sangat samara-samar batasnya. Sebab, kebiasaan-kebiasaan dan sikap hidup yang dirasakan sebagai normal oleh sesuatu kelompok masyarakat, dapat dianggap sebagai abnormal  oleh kelompok kebudayaan lainnya. Pribadi yang normal itu secara relatif dekat sekali dengan integrasi jasmaniah dan rohaniah yang ideal. Kehidupan psiskisnya kurang lebih stabil sifatnya, tidak banyak memendam konflik-konflik batin, tenaga dan jasmaniahnya sehat selalu. Pribadi yang abnormal mempunyai atribut secara relatif mereka itu jauh daripada status integrasi.Ada tintgkat atribut “ inferior ” dan “ superior ”. Kompleks-komples inferior ini misalnya terdapat pada penderita psikopat, neuron dan psikosa. Dan kompleks-kompleks superior itu terdapat pada kelompok kaum Idiot savant (kaum ilmuwan/cerdik pandai yang bersifat idiot) yang memiliki quotient intelegensi (I.Q.) yang tinggi, misalnya dibidang seni, musik, metematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lain. Pribadi yang abnormal pada umumnya dihinggapi gangguan mental atau ada kelainan-kelainan/abnormalitas pada mentalnya. Orang-orang abnormal ini selalu diliputi banyak konflik-konflik batin, miskin jiwanya dan tidak stabil, tanpa perhatian pada lingkungannya, terpisah hidupnya dari msyarakat, selalu gelisah dan takut dan jasmaninya sering sakit-sakitan.


Teori

Normal adalah keadaan sehat (tidak patologis) dalam hal fungsi keseluruhan. Sedangkan Abnormal adalah menyimpang dari yang normal (tidak biasa terjadi).(Maramis, 1999). Perilaku Normal adalah perilaku yang adekuat (serasi dan tepat) yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya. Sedangkan Perilaku Pribadi Abnormal adalah sikap hidup yang sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat seseorang berada sehingga tercapai suatu relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan. (Kartini Kartono, 1989). Perilaku Abnormal adalah suatu perilaku yang berbeda, tidak mengikuti peraturan yang berlaku, tidak pantas, mengganggu dan tidak dapat dimengerti melalui kriteria yang biasa.
Normal dan abnormal perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek dan pendekatan.

 Profesor Suprapti Sumarno (1976), ada dua pendekatan dalam membuat pedoman tentang normalitas:
1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan melihat pada sering atau tidaknya sesuatu terjadi dan acapkali berdasarkan perhitungan maupun pikiran awam.
Misal, perilaku makan sepuluh kali dalam sehari.

2. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terikat pada faktor sosial kultural setempat.
Misal, perilaku menangis berlebihan hingga menjerit-jerit pada mereka yang sedang mengalami kehilangan seseorang di suatu lingkungan budaya.

Jadi, batas antara normal dengan abnormal bukan dilihat sebagai dua kutub yang berlawanan, melainkan lebih berada dalam satu kontinum sehingga garis yang membedakan sangatlah tipis.
Kriteria Pribadi Normal (Gunarsa & Gunarsa, 1989 mengutip A.H. Maslow: Mittleman):
1.    Perasaan aman yang adekuat.
2.    Memiliki penilaian diri dan wawasan yang rasional
3.    Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang adekuat
4.    Mempunyai kontak realitas yang efisien
5.    Memiliki dorongan dan nafsu jasmani yang sehat serta kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya
6.    Mempunyai pengetahuan diri yang adekuat
7.    Mempunyai tujuan hidup yang adekuat
8.    Mampu belajar dari pengalaman hidupnya
9.    Sanggup untuk memuaskan tuntutan dan kebutuhan kelompok
10.  Emansipasi yang pantas dan sehat dari kelompok maupun kebutuhan
11.  Memiliki integrasi dan konsistensi kepribadian

Kriteria Pribadi Abnormal
1. Kelangkaan Statistik (Statistical Infrequency)
tingkah laku abnormal diasumsikan dalam "populasi kurva normal" yang menempatkan mayoritas individu berada di tengah dan sangat sedikit yang berada pada posisi ekstrim. Jadi dengan kata lain, seseorang dapat dianggap normal bila orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata-rata perilaku.

2. Pelanggaran Norma
tingkah laku yang menyimpang dari norma sosial dan mengancam atau membuat cemas orang yang mengamatinya.
Misal, Kekerasan psikopat, perilaku liar manik, perilaku aneh skizofrenia.

3. Penderitaan Pribadi (Discomfort atau Personal Distress)
Suatu perilaku dimana individu secara personal merasa berada dalam situasi penuh tekanan baik stres dari lingkungan maupun kondisi dari dalam dirinya.
Misal, depresi, cemas berat karena takut rasa sakit.

4. Disabilitas atau Disfungsi (Maladaptif Behaviour)
Ketidakmampuan individu dalam beberapa bidang penting dalam hidup, baik hubungan kerja atau pribadi.
Misal, seseorang yang takut terbang melewatkan kesempatan bekerja di luar negeri.

5. Tidak Diharapkan (Unexpectedness)
Suatu respon dari perilaku yang tidak diharapkan terhadap stresor lingkungan karena sudah diluar proporsi.
Misal, kecemasan yang sangat dan terus menerus terhadap hartanya, walaupun seseorang tergolong kaya.

Analisis

Ratna berusia 10 tahun seringkali mengeluhkan akhir-akhir ini melihat seorang anak perempuan kecil yg mengikutinya ke mana saja ia pergi. Ratna bahkan seringkali terlihat sedang bercakap-cakap dgn anak kecil tsb. Anak kecil itu seringkali memberitahu Ratna akan situasi2 bahaya yg akan dihadapi di depannya. Orangtua Ratna merasa takut dgn perilaku anaknya tsb. Orangtua Ratna sangat berharap perilaku anaknya akan berubah. Keluarga pernah membawa Ratna ke seorang Kyai dan beliau mengatakan bahwa Ratna memang memiliki kemampuan ‘indera keenam’ sehingga dapat melakukan interaksi dgn makhluk gaib.


Analisa : 
Secara awam kita pasti berpendapat bahwa Ratna ini memiliki perilaku abnormal. Hal ini kita lihat dari masalah yang di alami oleh Ratna, dimana di selalu merasa di ikuti oleh anak kecil kemana saja dia pergi. Dia bisa berbicara sendiri tanpa ada lawan bicaranya yang secara kasat mata tidak bisa dilihat oleh orang disekitarnya.

Namun bagaimana sebenarnya yang terjadi dengan Ratna ??? Apakah perilakunya normal atau abnormal ???
Mari kita gunakan pendekatan-pendekatan berikut ini dalam menganalisanya. 

a. Pendekatan Statistik
Pendekatan ini beranggapan bahwa orang yang sehat secara mental/normal adalah orang yang melakukan tingkah laku yang umumnya dilakukan oleh banyak orang lainnya. Atau dengan kata lain, suatu tingkah laku disebut sehat bila tingkah laku tersebut memiliki frekuensi kemunculan yang tinggi dalam populasi. Sebaliknya, orang yang bertingkah laku tidak seperti tingkah laku kebanyakan orang dianggap sebagai orang yang tidak normal atau tidak sehat.
Menurut pendekatan ini bisa kita simpulkan bahwa Ratna memiliki perilaku abnormal, karena tingkah laku yang dia lakukan tidak lazim dilakukan oleh kebanyakan orang.

b. Pendekatan Normatif
Pendekatan ini melihat orang secara sehat mental apakah tingkah laku orang tersebut menyimpang dari norma sosial yang berlaku dimasyarakat ataukah tidak. Tolak ukur yang dipakai dalam pendekatan ini adalah norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
Menurut masyarakat umum, perilaku yang ditampilkan oleh Ratna di luar batas logika manusia. Norma yang berlaku dimasyarakat selalu memandang sesuatu berdasarkan sikap kepantasan dan kewajaran.

c. Pendekatan Distress SubjektifPendekatan ini beranggapan orang dianggap normal atau sehat bila dia merasa sehat atau tidak ada persoalan dan tekanan yang menggangunya.
Kelemahan pendekatan ini adalah karena menekankan pada subjektifitas individu mengakibatkan tidak ada ukuran yang pasti sehingga semuanya menjadi serba relatif. Tergantung situasi yang dihadapi.
Menurut pendekatan ini, perilaku yang ditampilkan bisa saja dianggap normal. Ketika dia berada dalam lingkungan yang mengerti akan hal ghaib, orang tersebut bisa mengatakan bahwa Ratna normal, karena dia memiliki kelebihan yang jarang dimiliki oleh orang lain, yaitu indera ke enam.

d. Pendekatan Fungsi/Peranan Sosial
Pendekatan ini melihat normal atau sehat tidaknya seseorang berdasarkan mampu atau tidaknya orang tersebut menjalankan kegiatan hariannya. Orang dianggap sehat atau normal bila dia mampu menjalankan fungsi dan peranannya dalam masyarakat dan tidak mengalami gangguan dalam menjalankan tugas-tugas hariannya.
Bisa dikatakan bahwa Ratna terganggu dengan "kelebihan" yang dia punya dalam menjalani hari-harinya. Orang-orang terdekatnya juga terganggu dengan perilaku "aneh" yang ditampilkan Ratna.

e. Pendekatan Interpersonal
Pendekatan ini melihat normal atau sehat tidaknya seseorang atau apakah orang tersebut mampu menyesuaikan diri dilihat berdasarkan kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan yang interpersonal dengan orang lain.
Ratna memiliki dunianya sendiri yang membuat dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Dari uraian diatas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa secara garis besar dengan menggunakan beberapa pendekatan, Ratna tergolong dalam perilaku abnormal. Abnormal disini bisa dikatakan karena dia mempunyai "dunia sendiri" dan perilaku yang ditampilkannya juga berbeda dari kebanyakan orang.


Daftar Pusaka
http://elfagustiarapratama.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-normal-dan-abnormal.html
http://rendra-afandi.blogspot.co.id/2012/02/contoh-kasus-dan-analisa.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar